Pada mulanya adalah niat. Niatnya
pun sederhana, menulis. Mestinya juga bisa tetap sederhana prosesnya. Tuliskan,
lalu kirimkan atau posting-kan pada
media yang ada. Namun seperti halnya hidup, perlu sedikit dan atau banyak
kerumitan di sana-sini sebagai warna pelengkap. Ada ketidakpuasan atas apa yang
sudah ada dan dimiliki.
Aku berpikir, blog atau akun
sosial media yang aku miliki saat ini, sudah tidak mampu mewadahi calon-calon
tulisanku yang kelak nanti akan diposting. Satu-satunya blog pribadiku bertema
suporter, sedangkan keinginanku adalah menulis dengan tema-tema lain. Jelas, bahwa
blog yang dibuat tahun 2006 berkat provokasi seorang tokoh suporter tersebut membelenggu
karena temanya yang terlanjur spesifik. Dan memang aku berpikir tema-tema
suporter tidak “sopan” apabila dicampur dengan tema sepak bola secara umum,
apalagi dikotori dengan tulisan-tulisan yang bersifat pengalaman pribadi. Lebih
dari itu, ditilik dari gaya bahasa dan lainnya, blog suporter tersebut mesti
dihantarkan dengan bahasa yang formal dengan berbagai lampiran teori, semacam
karya ilmiah atau hasil kerja akademis. Tidak klop dengan keinginanku untuk
menulis dengan gaya bebas, sebebas-bebasnya orang mengeluarkan kotoran hasil metabolism
tubuh.
Sejujurnya, menulis bagiku adalah
aktivitas yang menyita tenaga, pikiran dan waktu. Betapa tidak, untuk menulis
sebuah tema yang sedikit serius seperti yang ada di blog suporter atau media
lain, membutuhkan waktu hingga berhari-hari lamanya karena adanya riset
kecil-kecilan, pembacaan ulang atas sumber data dan verifikasi di sana-sini
saat tulisan tersebut dibuat dan jelang diposting. Kadang untuk memilih satu
kata, menyita waktu untuk memastikan maknanya dan pas pada konteksnya. Lalu muncul
pula bukit buku dan kamar yang berantakan sebagai efek sampingnya. Belum rasa
tidak puas dan khawatir atas tulisan yang sudah jadi itu. Entah karena data
yang mungkin tidak shahih alias meragukan, salah dalam penggunaan kata dan
kecemasan-kecemasan lainnya. Jadi menulis bagiku selama ini adalah siksaan.
Meski demikian, bukan berarti
tidak pernah merasakan kenikmatan menulis dan puas atas hasil tulisan yang
pernah dibuat. Pada tulisan-tulisan yang spontan, tulisan yang bertutur tentang
hal yang melibatkan pengalaman pribadi adalah sejenis tulisan yang ternyata
selama ini cukup bisa menenangkan hati. Tulisan yang seakan-akan dibuat untuk
dibaca sendiri, dan apabila ternyata tulisan itu dibaca dan akhirnya dikritik
oleh orang lain justru menjadi hiburan tambahan. Di blog inilah rencananya
akan menjadi “rumah” bagi tulisan-tulisan ringan berkualitas biasa namun
menjadi terapi hati bagi penulisnya. Aku ingin menulis menjadi salah satu
kesenangan hidupku atau joie de vivre. Di
saat bermain bola sebagai kesenangan hidupku membutuhkan alat, perangkat,
tempat dan teman untuk mewujudkannya, maka aku bisa kapan saja, di mana saja
untuk menulis. Di sini aku tidak harus menulis dengan tema suporter terus
menerus, aku pun boleh menulis dengan gaya bahasa yang paling kasual sekalipun.
Dan karena tujuannya hendak
menjadikan sebagai sebuah kesenangan hidup, tentu tidak terlalu berminat
apalagi berambisi bahwa tulisan-tulisannya nanti akan memberi manfaat bagi
orang lain. Namun tak akan tercapai juga kesenangan hidup sejati apabila cara
mencapainya membuat duka dan bahkan merugikan bagi orang lain. Ketidaksempurnaan
adalah keniscayaan, namun setidaknya niat menulis untuk menyenangkan hati juga
akan sampai untuk menyenangkan hati bahkan orang lain.
Selamat untuk blog barunya mas Aji, bisa sering-sering mampir nih :)
ReplyDelete