Lagi-lagi ini merupakan tulisan pesanan yang mesti dikerjakan dengan serba cepat karena ada garis mati yang menanti. Pengalaman sebentar menjadi jurnalis harian olahraga cetak tak banyak membantu mengatasi sikap tergesa-gesa. Padahal dalam cengkeraman deadline tiada guna tergesa-gesa karena tidak mungkin membuat pekerjaan menjadi lekas tuntas tapi justru menjadi katalis yang sempurna pada hilangnya fokus dan kebuntuan berpikir.
Alhasil, jadilah tulisan yang ala
kadarnya. Terdapat juga informasi yang salah tentang proses BIGREDS mendapatkan
status official branch dari Liverpool. Info akurat baru diketahui setelah
terlibat di Walk On, majalahnya BIGREDS. Secara umum, tulisan ini belum
membunyikan pesan yang jelas. Jelas bukan tulisan favoritku meski waktu itu
termasuk artikel yang nge-hit di
kabarjakarta.com.
Yang menarik sebenarnya adalah
hal yang melatari proses dan pasca tulisan ini dimuat. Seperti halnya tulisan “Stop
Tawuran, Mulailah Berkompetisi” tulisan ini dibuat pada awal-awal tinggal di
Depok, pasca setahun yang sulit akibat kemelut di OLE!. Berbagai masalah berat
yang mendera sepanjang 2011 menyebabkan degradasi kepercayaan diri dan
ketidakstabilan emosi. Kesempatan menulis yang diberikan kabarjakarta.com harus
diakui ikut berperan memperbaiki keadaan. Kabar Jakarta juga memberi kesempatan
meliput langsung pertandingan Indonesia vs Qatar di ajang kualifikasi Piala
Dunia 2014 zona Asia.
Tulisan ini juga memicu
kesalahpahaman pada seorang teman lama yang mengira tulisan ini sebagai bentuk
sindiran pada dia yang mengaku suka bola namun merasa tidak punya banyak teman.
Penjelasan bahwa artikel itu merupakan wujud dari kerja professional belaka yang
tidak ada sangkut pautnya dengan agenda pribadi tertentu. Dan memang, tidak ada
satu pun tulisanku yang dibuat dengan niat sepicik itu. Aneh rasanya, teman
yang belasan tahun tidak bertemu, pada awal kesempatan berkomunikasi lagi
justru dengan komplain yang membingungkan. Di kemudian hari, teman itu menurut
informasi, memiliki masalah dengan emosinya setidaknya jika tidak mau disebut
bermasalah dengan kejiwaannya. Teman-teman yang selama ini mencoba membantu
untuk membesarkan hatinya agar menjalani hidup tanpa keluh kesah, lebih kerap
berakhir dengan kesalahpahaman yang sama.
Pada akhirnya, sepanjang tahun
2011 adalah tahun “sekolah” buatku. Tahun paling dinamis, tahun penuh cobaan
dan tahun penuh pelajaran. Masa-masa dengan banyak ujian itu membantuku
mengidentifikasi siapa saja teman-teman sejati. Teman-teman di OLE! terutama Arista Budiyono
yang luarbiasanya tetap saling menolong meski juga dalam kesempitan, lalu
banyak lainnya di keluarga besar BIGREDS. Maka meski hanya tulisan berlevel
medioker, artikel ini memiliki arti yang penting.
Suka Bola, Suka
Berkomunitas
Akhir pekan lalu, kemeriahan tampak
pecah di kawasan Adityawarman. Ratusan orang dengan atribut merah, lantang
meneriakkan yel-yel dan menyanyikan chant-chant dukungan. Mereka adalah para
pecinta klub sepak bola asal Inggris, Liverpool FC, yang tergabung dalam wadah
bernama BIGREDS. Apa yang mereka lakukan malam itu adalah salah satu kegiatan
rutin komunitas tersebut yakni, nonton bareng (nonbar) pertandingan klub
kebanggaan mereka. Meski Liverpool FC bermain jauh di belahan bumi yang lain,
para bigredder ini sukses menyulap atmosfer tempat makan tersebut layaknya di
Stadion Anfield.
Tak hanya nonbar, komunitas yang
saat ini memiliki member resmi lebih dari dua ribu orang ini juga mempunyai
beberapa kegiatan regular lainnya seperti sepak bola, futsal, tenis, basket,
bulutangkis dan lain-lain. Seabrek kegiatan insidental pun kerap dilakoni
bersama. Seperti bakti sosial, dan berbagai kegiatan rekreatif lainnya.
Komunitas ini juga sudah menerapkan tata kelola organisasi yang rapi, memiliki
web dan majalah sendiri serta manajemen kegiatan yang terukur. Tak heran
apabila komunitas ini mendapatkan status Indonesia’s Official Liverpool FC Supporters
Club atau kelompok suporter yang resmi diakui oleh pihak Liverpool FC. Ini
adalah fans klub sepak bola mancanegara pertama yang mendapat status official
dari klub asalnya.
Saat ini, BIGREDS bukanlah
satu-satunya komunitas suporter klub sepak bola yang mapan. Beberapa yang lain
juga sukses memiliki massa anggota yang banyak, kegiatan yang rutin dan
mendapatkan status official juga dari klub asalnya. Jika dahulu fans klub
mancanegara ini hanya identik dengan klub-klub yang prestatif, kaya, berisi
bintang-bintang sepak bola ternama dan hegemonic dalam kancah kompetisi Eropa .
Maka saat ini klub-klub papan tengah pun memiliki wakil pendukungnya di tanah
air.
Fenomena penggemar sepak bola
untuk berkumpul dan berkomunitas adalah hal yang amat lazim. Selain bahwa
pertandingan sepak bola itu jauh berlipat lebih asyik jika ditonton bersama.
Kebutuhan untuk berkumpul dengan sesama yang berhobi identik atau bermasyarakat
merupakan kebutuhan dasar (naluri) manusia itu sendiri yang dinamakan Gregariousness. Manusia adalah mahluk
sosial (homo socius) yaitu mahluk
yang selalu ingin berinteraksi dengan sesama/bergaul.
Berkumpulnya mereka kemudian
tidak lagi bersifat temporer atau kerumunan saat ada pertandingan saja. Namun
mereka sudah menjelma menjadi kelompok sosial karena sifatnya yang tidak lagi
temporer, rutin dan tidak hanya didasari kedekatan fisik semata. Seperti
BIGREDS yang memiliki cabang di 12 kota
di Indonesia.
Sebagai sebuah kelompok sosial, kelompok suporter
(termasuk klub lokal) kemudian
semakin diakui keberadaannya, memiliki posisi tawar yang lebih baik dan lebih
didengar suara serta pendapatnya dalam mengembangkan sepak bola. Bahkan tidak hanya identik dengan kegiatan bertema sepak bola tetapi juga dengan berbagai kegiatan lainnya, seperti kampanye
anti-rasisme. Pada akhirnya,
berkomunitas apapun tema pilihannya kelak akan memberi sumbangsih yang tidak
sedikit bagi masyarakat yang lebih luas. Komunitas fans klub mancanegara dan
klub lokal adalah buktinya.
No comments:
Post a Comment